Kisah Para Relawan Medis Di Rs Kapal, Dihantam Ombak Saat Operasi Pasien

Sedang Trending 5 jam yang lalu
ARTICLE AD BOX
Kisah Para Relawan Medis di RS Kapal, Dihantam Ombak Saat Operasi Pasien Relawan medis melayani pasien di rumah sakit kapal Nusa Waluya II, nan saat ini beraksi di Waigeo Utara, Papua Barat Daya.(MI/HO)

MENINGGALKAN segala kenyamanan dan hiruk pikuk kota besar. Josepha, 28, memilih jalan nan berbeda untuk mengabdi sebagai perawat. Ia memutuskan untuk menjadi relawan dan bekerja di pedalaman nusantara berbareng Rumah Sakit Kapal Nusa Waluya II, nan saat ini beraksi di Waigeo Utara, Papua Barat Daya.

Saat memutuskan bekerja di atas kapal, Josepha tidak pernah membayangkan bahwa suatu hari dia bakal mendampingi penanganan operasi di ruang bedah nan kerap bergoyang, akibat hantaman ombak di laut.

"Selama kami pelayanan kurang lebih sekitar 3 minggu itu kami dihantam dengan ombak," ujar Josepha. 

Ia bercerita hantaman ombak tersebut bagi awak kapal dianggap sebagai alun namun untuk pekerja medis itu menjadi tantangan sendiri dalam melaksanakan aktivitas pelayanan mereka.

"Saat ada ombak, kami ada beberapa pasien operasi dan kudu melakukan tindakan tersebut. Ini menjadi tantangan tersendiri bagi kami saat bekerja di atas kapal, ialah ombak nan kudu kami hadapi," lanjutnya.

Josepha telah berasosiasi menjadi relawan RS Kapal Nusa Waluya II selama 2 tahun. Ia memilih menjadi relawan untuk mengikuti panggilan hatinya melayani masyarakat nan kesulitan mendapatkan akses kesehatan.

Pengalaman lain nan dia ingat adalah, ketika kudu merawat pasien berumur lanjut nan sudah tidak punya siapa-siapa. 

"Ia datang sendiri ke rumah sakit, dan pastinya itu sudah kudu berjuang untuk mencapai ke sini. Ada masalah di pernafasannya, dan pasien tidak punya family sama sekali. Sebagai perawat, di sini saya terasa menjalani pekerjaan saya sesungguhnya. Merawat pasien tersebut hingga akhirnya pasien bisa kembali sembuh," papar Josepha.

Cerita lain juga datang dari Parlin, 28, nan berprofesi sebagai apoteker. Datang jauh dari Jember, Jawa Timur, Parlin baru pertama kali menginjakkan tanah Papua.

Bagi Parlin, kontribusinya kepada para pasien tidak sebesar jasa perawat dan dokter. Namun, dia tetap berupaya melayani sepenuh hati para pasien, nan rata-rata kesulitan berkata dan mengerti perawatan nan kudu dilanjutkan.

"Kita kudu menjelaskan kepada mereka dengan sabar dan perlahan, agar pengobatan nan diberikan bisa dimengerti," ungkapnya.

Kesabaran Parlin melayani pasien ini pun berbuah manis, secara harfiah. 

"Soalnya pasien betul-betul memberikan kita buah-buahan untuk mengucapkan terima kasih. Ini apresiasi nan tidak pernah kita dapatkan sebelumnya di kota-kota, jadi satu sisi ini sangat menyentuh bagi saya," kata Parlin.

Pemberian buah-buahan dan hasil Bumi ini tidak sekali dan dua kali dilakukan para pasien kepada para relawan. Diberikan sebagai ucapan terima kasih, lantaran para pasien tidak perlu bayar biaya perawatan dan pengobatan. Sehingga mereka kerap kembali kunjungi RS kapal hanya untuk mengirimkan buah-buahan sebagai ucapan terima kasih.

Inspirasi menjadi relawan di pedalaman juga menyentuh seorang master muda dari Jakarta, Gavriel Gregorio Singgih, 26. Keinginannya untuk mengabdi sudah dia pendam sejak 2019. 

"Waktu itu saya tetap Koas kedokteran, dan memandang gimana RS kapal ini berlayar ke pelosok menghampiri masyarakat nan memerlukan akses kesehatan. To reach and reachable menjadi motivasi saya bergabung," katanya.

Josepha, Parlin, dan Gavriel adalah sebagian dari 35 relawan tenaga medis nan rela meninggalkan kenyamanan untuk mengabdi di RS Kapal. Termasuk di antaranya master spesialis, master umum, perawat, apoteker, dan bidan. 

Di tengah desiran angin laut dan debur ombak nan tak pernah berhenti, Josepha dan relawan lainnya belajar satu hal, bahwa pengabdian sejati kadang datang lewat perjalanan nan tidak tenang, namun penuh makna.

RS Kapal Nusa Waluya II datang di Waigeo Utara, Papua Barat Daya dan beraksi selama 60 hari, sejak 10 Juni 2025 hingga Agustus mendatang, dengan sasaran melayani hingga sebanyak 10 ribuan penduduk dari tujuh distrik di area tersebut tanpa biaya sama sekali.

RS Kapal ini beraksi dari hasil kerjasama PT Pertamina International Shipping (PIS) dan doctorSHARE. (Z-1)