Peneliti Ungkap Manusia Hampir Punah 1 Juta Lalu

Sedang Trending 6 jam yang lalu
ARTICLE AD BOX
Peneliti Ungkap Manusia Hampir Punah 1 Juta Lalu Spesies manusia purba nan tidak diketahui nyaris punah sekitar 900.000 tahun nan lalu, menurut kajian genetik. Spesies ini mungkin merupakan nenek moyang Homo heidelbergensis (gambar di atas) dan jenis nan merupakan nenek moyang manusia modern.(Magnon/Alamy)

HAMPIR satu juta tahun nan lalu, sejumlah peristiwa besar nyaris mengakibatkan kepunahan nenek moyang manusia.

Studi genom dari 3.154 perseorangan modern menunjukkan bahwa jumlah manusia menurun dari sekitar 100.000 menjadi hanya 1.280 orang nan dapat berkembang biak sekitar 900.000 tahun nan lalu.

Penurunan populasi nan luar biasa ini mencapai 98,7 persen dan terjadi selama 117.000 tahun, nan bisa mengarah pada kepunahan jenis manusia.

Kenyataan bahwa kita tetap ada di sini saat ini, dengan jumlah nan sangat besar, menunjukkan bahwa perihal itu tidak terjadi.

Namun, menurut tim nan dipimpin oleh mahir genetika Haipeng Li dari Akademi Ilmu Pengetahuan Tiongkok dan Yi-Hsuan Pan dari Universitas Normal Tiongkok Timur, temuan ini dapat memberikan penjelasan mengenai kesenjangan nan asing dalam catatan fosil manusia dari era Pleistosen.

“Kesenjangan dalam catatan fosil di Afrika dan Eurasia dapat dimengerti melalui peristiwa terputusnya populasi ini di Zaman Batu Awal,” ungkap antropolog Giorgio Manzi dari Universitas Sapienza Roma di Italia.

“Ini berbarengan dengan periode nan diusulkan saat hilangnya bukti fosil terjadi secara signifikan," sambungnya.

Namun, semakin jauh kita mau menelusuri ke masa lalu, semakin susah tantangan untuk mendapatkan info nan berarti.

Dalam kajian terbaru ini, tim peneliti menciptakan metode baru nan disebut proses koalesensi waktu infinitesimal sigap (FitCoal) untuk mencegah akumulasi kesalahan numerik nan biasanya mengenai dengan upaya mengungkap peristiwa sejarah.

Mereka menerapkan FitCoal untuk menganalisis info genom 3. 154 orang dari beragam bagian dunia, termasuk 10 populasi dari Afrika dan 40 populasi non-Afrika, dengan memeriksa gimana garis keturunan gen beragam dari waktu ke waktu.

Temuan mereka menunjukkan adanya kemacetan populasi nan signifikan antara 930. 000 hingga 813. 000 tahun nan lalu, nan mengakibatkan hilangnya keragaman genetik saat ini hingga 65,85 persen.

Mengenai penyebab dari kemacetan ini, kita tidak bakal pernah betul-betul percaya tentang semua aspek nan terlibat, tetapi ada satu peristiwa besar nan berjalan saat itu nan mungkin berkontribusi Transisi Pertengahan Pleistosen, di mana pola glasiasi di Bumi mengalami perubahan besar.

Ada kemungkinan bahwa perubahan suasana pada saat itu menciptakan kondisi nan sangat tidak berkawan untuk populasi manusia nan berjuang untuk memperkuat hidup, sehingga menyebabkan kelaparan dan bentrok nan semakin menurunkan jumlah populasi.

“Temuan terbaru ini membuka jalan baru dalam studi evolusi manusia lantaran menimbulkan banyak pertanyaan,” jelas Pan.

“seperti tempat tinggal mereka, gimana mereka beradaptasi dengan perubahan suasana nan ekstrem, dan apakah seleksi alam selama periode kemacetan mempercepat perkembangan otak manusia,” lanjutnya.

Kemacetan tersebut tampaknya juga berkontribusi terhadap suatu fitur menarik lainnya dalam genom manusia: penggabungan dua kromosom menjadi kromosom 2.

Manusia mempunyai 23 pasang kromosom, sedangkan semua hominid lain nan tetap ada saat ini termasuk monyet besar mempunyai 24 pasang. Pembentukan kromosom 2 dianggap sebagai peristiwa spesiasi nan mengarahkan manusia pada jalur perkembangan nan berbeda.

“Temuan ini hanyalah langkah awal,” ujar Li.

“Tujuan di masa depan dengan info ini adalah untuk menciptakan gambaran nan lebih menyeluruh tentang perkembangan manusia selama transisi dari Pleistosen Awal hingga Tengah, nan pada gilirannya bakal membantu mengungkap misteri tentang asal dan evolusi manusia purba,” paparnya.

Sumber: ScientAlert