ARTICLE AD BOX
Jakarta -
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi cuaca ekstrem selama sepekan ke depan di wilayah Jabodetabek. Anggota Komisi D DPRD DKI Jakarta Fraksi Gerindra, Ali Lubis, mewanti-wanti kesiapan pompa air di Jakarta untuk mencegah terjadinya banjir.
"Yang pertama nan kudu di pastikan oleh pihak pemprov beserta dinas mengenai adalah kesiapsiagaan pompa-pompa jangan sampai ada nan rusak. Kalau pun ada nan rusak kudu segera diperbaiki," kata Ali saat dihubungi, Kamis (10/7/2025).
"Memastikan juga pompa mobile juga siap dan tidak ada nan rusak lantaran pompa mobile sangat krusial untuk menjangkau lokasi-lokasi banjir," sambungnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ali juga mengingatkan Pemprov Jakarta untuk menyiapkan letak penampungan nan layak kepada penduduk nan terpaksa mengungsi akibat banjir. Selain itu, Ali menyebut pembersihan gorong-gorong kudu digencarkan menghadapi potensi cuaca ekstrem sepekan ke depan.
"Memastikan kesiap-siagaan petugas di lapangan agar standby untuk memperbaiki gorong-gorong alias area nan berpotensi menyebabkan banjir," ujar Ali.
Fasilitas pendukung seperti toilet portable juga kudu diperhatikan Pemprov Jakarta. Menurut Ali, pemerintah kudu mempersiapkan matang fasilitas-fasilitas tersebut di samping pencegahan musibah banjir.
"Pihak Pemprov Jakarta beserta jejeran juga kudu mempersiapkan bahan makanan alias makanan jadi untuk diberikan kepada penduduk di letak pengungsian jika terjadi banjir besar," katanya.
Dia juga meminta para pemangku kebihakan (stakeholder) menjalin komunikasi nan baik agar penanganan potensi banjir melangkah lancar.
Potensi Cuaca Ekstrem
Seperti diketahui, BMKG memprediksi dalam sepekan ke depan sejumlah wilayah menghadapi kejadian cuaca ekstrem. Kepala BMKG Dwikorita mengungkap salah satu wilayah nan berpotensi mengalami hujan lebat dalam seminggu ke depan merupakan Jabodetabek.
Selain Jabodetabek, wilayah lain nan berpotensi mengalami hujan dengan intensitas tinggi lainnya adalah Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Barat, Maluku bagian tengah, serta Papua bagian tengah dan utara.
Tren cuaca ekstrem nan juga terjadi beberapa hari belakangan dipicu atmosfer tidak lazim nan membikin mundurnya musim tandus di sebagian besar wilayah Indonesia. Dwikorita juga menyoroti hingga akhir Juni 2025, baru sekitar 30 persen wilayah Zona Musim nan mengalami peralihan ke musim kemarau.
"Padahal secara klimatologis, pada waktu nan sama, biasanya sekitar 64 persen wilayah Indonesia sudah memasuki musim kemarau," beber Dwikorita dalam konvensi pers Senin (7/7).
Hasil prediksi curah hujan bulanan menunjukkan anomali curah hujan nan sudah terjadi sejak Mei 2025 bakal terus berlangsung, dengan kondisi curah hujan di atas normal terjadi di sebagian besar wilayah Indonesia hingga Oktober 2025.
"Melemahnya monsun Australia nan berasosiasi dengan musim tandus turut menyebabkan suhu muka laut di selatan Indonesia tetap hangat dan perihal ini berkontribusi terhadap terjadinya anomali curah hujan tersebut," lanjut dia.
Selain itu, gelombang Kelvin aktif nan terpantau melintas di pesisir utara Jawa, disertai pelambatan dan belokan angin di Jawa bagian barat dan selatan memicu penumpukan massa udara.
Konvergensi angin dan labilitas atmosfer lokal juga terpantau kuat sehingga mempercepat pertumbuhan awan hujan. Adapun berasas suasana global, BMKG dan beberapa pusat suasana bumi memprediksi ENSO (suhu muka air laut di Samudra Pasifik) dan IOD (suhu muka air laut di Samudra Hindia) bakal tetap berada di fase netral pada semester kedua tahun 2025.
Hal ini berarti, dapat dipastikan bahwa sebagian wilayah Indonesia bakal mengalami curah hujan di atas normal dari nan semestinya terjadi di musim tandus alias disebut juga dengan tandus basah.
(ygs/jbr)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini