Indonesia Harus Perkuat Posisi Tawar Untuk Hadapi Tekanan Donald Trump

Sedang Trending 5 jam yang lalu
ARTICLE AD BOX
Indonesia kudu Perkuat Posisi Tawar untuk Hadapi Tekanan Donald Trump Presiden AS Donald Trump(Antara)

Kepala Ekonom Trimegah Sekuritas Indonesia Fakhrul Fulvian menegaskan bahwa pemerintah Indonesia kudu memperkuat posisi tawar jual beli di hadapan Amerika Serikat secara strategis. Hal ini perlu dilakukan seiring munculnya pernyataan terbaru Presiden AS Donald Trump nan kembali mengguncang pasar finansial global. 

Trump mengisyaratkan rencana kenaikan tarif tambahan terhadap sejumlah negara mulai 1 Agustus 2025, khususnya terhadap negara-negara nan belum menyepakati perjanjian jual beli dengan AS. Trump juga menyinggung penerapan tarif impor 10% terhadap negara-negara nan dianggap menjalankan kebijakan anti-Amerika, termasuk personil blok ekonomi BRICS.

Menurut Fakhrul, pengalaman dari perang dagang sebelumnya menunjukkan bahwa pernyataan keras kerap kali berujung pada pembentukan konsensus baru. Karena itu, dia mendorong agar substansi dari perjanjian jual beli Indonesia kudu lebih diprioritaskan daripada sekadar retorika nan berkembang selama proses negosiasi.

“Pembangunan nasional tidak bisa lagi hanya bertumpu pada efisiensi alias ekspor semata. nan kita butuhkan adalah posisi tawar strategis nan kuat di tengah tekanan arsitektur global,” tegas Fakhrul dalam keterangan resmi nan diterima Media Indonesia, Senin (7/7).

Sejatinya, Indonesia bukan bagian dari negara-negara nan menganut kebijakan anti-Amerika. Justru, kedua negara saling membutuhkan. Indonesia mengandalkan AS dalam perihal pasokan gandum, teknologi, dan pesawat. Sementara, AS memerlukan Indonesia dalam rantai pasok global, khususnya mengenai pasokan mineral krusial dan diversifikasi produsen rare earth alias logam tanah.

Dalam konteks ini, Fakhrul berpandangan Indonesia kudu merespons dinamika geopolitik dunia dengan kebijakan perdagangan nan lebih visioner. Pemerintah dikatakan tidak bisa lagi mengandalkan tatanan perdagangan bebas nan netral. 

"Perdagangan sekarang telah menjadi perangkat geopolitik. Karena itu, strategi perdagangan kita kudu berubah menjadi perangkat ketahanan nasional,” jelasnya.

Fakhrul juga menyerukan agar pemerintah memberi perhatian lebih pada penguatan industri substitusi impor, pengembangan sektor padat karya domestik, serta ketahanan konsumsi rumah tangga sebagai pilar utama dalam strategi baru perdagangan Indonesia.

Gejolak saham global

Pasar saham berjangka Amerika Serikat mengalami penurunan pada Minggu malam (6/7) waktu setempat, setelah Presiden AS Donald Trump mengonfirmasi bahwa tarif perdagangan baru bakal mulai diberlakukan pada 1 Agustus, bukan 9 Juli seperti nan sebelumnya diperkirakan.

Futures indeks Dow Jones Industrial Average turun 146 poin alias 0,32%. Sementara itu, futures S&P 500 dan Nasdaq 100 masing-masing melemah 0,39% dan 0,42%.

Dalam wawancara dengan sejumlah wartawan pada hari Minggu, Trump berbareng Menteri Perdagangan Howard Lutnick dimintai penjelasan soal agenda pemberlakuan tarif tersebut. 

“Tarif bakal bertindak mulai 1 Agustus. Namun, presiden saat ini tengah menetapkan besaran tarif dan rincian kesepakatannya," ucap Lutnick nan kemudian dibalas anggukan Trump menyetujui pernyataan tersebut.

Di area Asia, kebanyakan indeks saham ditutup melemah. Indeks Nikkei di Jepang turun 0,5%, Hang Seng di Hong Kong terkoreksi 0,4%, sementara KOSPI Korea Selatan dan ASX 200 Australia masing-masing mengalami pelemahan tipis. Pelemahan ini sebagian besar dipicu oleh kekhawatiran penanammodal terhadap akibat tarif baru AS. 

Para penanammodal sebelumnya memperkirakan bahwa tarif bakal mulai bertindak minggu ini, seiring berakhirnya masa tenggang 90 hari nan semula diberikan oleh Trump terhadap tarif resiprokal nan diumumkan pada April lampau untuk sebagian besar mitra jual beli AS. (E-3)