ARTICLE AD BOX
Jakarta, librosfullgratis.com - Pemerintah mengungkap sejumlah akibat nan dapat menakut-nakuti stabilitas ekonomi nasional. Berdasarkan Laporan Pemerintah mengenai Pelaksanaan APBN Semester I Tahun Anggaran 2025, beragam tekanan dari dalam maupun luar negeri perlu diwaspadai pada semester II tahun 2025 .
Perekonomian dunia diperkirakan tetap naik turun hingga akhir 2025. Kondisi ini tercermin dari pergerakan beragam parameter utama ekonomi global, seperti pertumbuhan PDB global, volume perdagangan internasional, nilai komoditas, inflasi, dan tingkat suku bunga.
Beberapa akibat dunia nan perlu menjadi perhatian adalah tingkat suku kembang dunia nan diproyeksikan tetap tinggi, eskalasi tensi geopolitik nan tetap berlangsung, tingkat utang beragam negara nan cukup tinggi pasca pandemi, volatilitas ekonomi dan sektor finansial global, perang dagang, dan kebijakan tarif AS.
"Meskipun demikian, beragam lembaga internasional seperti IMF, World Bank, dan OECD tetap memproyeksikan ekonomi Indonesia sekitar 4,7-5,0% di tahun 2025," dikutip dari Laporan Pemerintah mengenai Pelaksanaan APBN Semester I Tahun Anggaran 2025, Senin (7/7/2025).
Tekanan dunia tersebut memberi akibat langsung terhadap sasaran pendapatan negara tahun 2025. Moderasi nilai komoditas, perlambatan pertumbuhan ekonomi global, penurunan aktivitas perdagangan internasional, serta rendahnya lifting minyak dan gas dapat memengaruhi keahlian dari jenis-jenis pendapatan negara nan terkait.
Sampai dengan akhir Juni tahun 2025 realisasi pendapatan negara mencapai Rp1.201.849,1 miliar alias sekitar 40,0% dari sasaran APBN tahun 2025.
Ketidakpastian nilai internasional pada beberapa komoditas jagoan Indonesia dapat memberikan tekanan terhadap pendapatan negara nan berbasis komoditas, seperti PPh Migas, Bea Masuk, Bea Keluar, PNBP Migas, PNBP dari royalti Minerba, maupun Pungutan Ekspor Sawit.
Dinamika ekonomi dunia nan tetap diwarnai dengan perang jual beli dan kebijakan tarif nan dikeluarkan oleh Amerika Serikat menyebabkan ketidakpastian pada investasi dan bumi usaha, nan lebih jauh bakal berakibat pada ekspor-impor maupun perekonomian domestik.
"Hal ini dapat berakibat secara langsung maupun tidak langsung terhadap Penerimaan Perpajakan maupun PNBP," tulisnya.
Di sisi lain, shopping negara berpotensi mengalami peningkatan sehubungan dengan perubahan variabel ekonomi makro.
Sampai dengan semester I tahun 2025, pertumbuhan ekonomi terkontraksi dan inflasi mengalami penurunan jika dibandingkan dengan tahun lampau pada periode nan sama, kedua transmisi tersebut bakal memengaruhi pendapatan negara. Tak hanya itu, suku kembang mempunyai hubungan dengan shopping negara, terutama komponen shopping pembayaran kembang utang.
"Salah satu akibat dari semua perubahan dugaan dasar ekonomi makro nan terjadi pada shopping negara adalah penyesuaian mandatory spending anggaran pendidikan minimal 20,0% dari APBN sesuai petunjuk konstitusi. Hal ini menyebabkan pemerintah mempunyai elastisitas shopping nan lebih rendah lantaran perubahan pada dugaan dasar ekonomi makro condong berakibat lebih besar kepada shopping negara daripada sisi pendapatannya," tulisnya.
Di tengah meningkatnya ekspektasi pemangkasan suku kembang di AS dan potensi stagflasi, sentimen penanammodal terhadap aset negara berkembang menjadi lebih hati-hati. Hal ini menyebabkan pergerakan nilai tukar rupiah nan menghadapi tekanan meskipun telah dilakukan langkah stabilisasi oleh otoritas moneter
Selain berakibat pada pembiayaan utang tahun berjalan, dinamika ekonomi makro dapat memengaruhi akibat portofolio utang, terutama melalui perubahan nilai tukar dan suku bunga.
Dalam periode semester I tahun 2025, dari variabel ekonomi makro nan menjadi dasar model macro stress test, terdapat 2 (dua) variabel nan mengalami perubahan secara signifikan ialah penurunan nilai minyak bumi dan kenaikan suku kembang dibandingkan dengan dugaan pada saat penyusunan APBN tahun 2025.
Di satu sisi, turunnya nilai minyak mengurangi beban subsidi dan biaya operasional BUMN, sehingga meningkatkan untung bersih dan setoran pajak. Kendati demikian, kenaikan suku kembang menambah beban kembang utang BUMN nan menyebabkan kenaikan biaya operasional dan penurunan untung bersih operasional.
(haa/haa)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bank Sentral Terkuat Bumi Kumpul di Tokyo, Bahas 'Realita Menyakitkan'