Program Kampus Berdampak Bentuk Spirit Transformasi Tridarma Perguruan Tinggi

Sedang Trending 1 jam yang lalu
ARTICLE AD BOX
Program Kampus Berdampak Bentuk Spirit Transformasi Tridarma Perguruan Tinggi Ilustrasi(Dok UP)

PROGRAM Kampus Berdampak bukan hanya jargon, melainkan sebagai corak spirit transformasi dalam Tridarma Perguruan Tinggi.“Kampus hari ini tidak bisa lagi menjadi menara gading. Ia kudu datang di tengah masyarakat, mendengar, belajar, serta bertindak. Kita semua, dosen, mahasiswa, industri, pemerintah dan masyarakat kudu bersinergi menghadirkan akibat nan nyata dalam menyelesaikan masalah-masalah di kehidupan sosial,” ungkap Rektor Universitas Pancasila (UP) Prof Adnan Hamid dalam aktivitas Sosialisasi Program Kampus Berdampak, di Jakarta, Senin (7/7).

Ia pun menegaskan komitmen UP dalam mendukung transformasi pendidikan tinggi nasional melalui program Kampus Berdampak. Program ini, kata dia, mendorong perguruan tinggi untuk lebih adaptif pada kebutuhan masyarakat, berorientasi pada pemecahan masalah, dan memberdayakan mahasiswa agar tidak hanya menjadi pencari kerja, tetapi pembuat solusi.

“Kami berkomitmen penuh menjadi bagian transformasi ini. Keberhasilan program ini banget ditentukan oleh sejauh mana kita dapat menyelaraskan visi, membangun kolaborasi, dan terus berinovasi,” tambah Rektor UP.

Melalui aktivitas tersebut, dia berambisi bisa memperkuat sinergi antara sivitas akademika dan kalangan eksternal, serta menciptakan ekosistem kampus nan inklusif, inovatif, dan berakibat nyata.

Kegiatan sosialisasi ini menghadirkan narasumber ialah Sub Koordinator Kurikulum dan Capaian Pembelajaran Ditjen Dikti Kemendiktisaintek Nur Masyitah Syam, dan juga Kepala Program Magang Berdampak Ditjen Dikti Kemendiktisaintek Wachyu Hari Haji.

Nur Masyitah Syam mengatakan arah kebijakan pendidikan tinggi ke depan bertumpu pada transformasi kampus sebagai pusat solusi nan nyata bagi masyarakat. Pendidikan tinggi dituntut untuk menghubungkan riset dan kepakaran dengan kebutuhan bumi usaha, industri, serta komunitas.

“Paradigma baru pendidikan tinggi bukan hanya mengajar dan meneliti, tetapi juga tentang menciptakan akibat nyata dan terukur,” kata Nur. Dia menggarisbawahi pentingnya kerjasama quadruple-helix perguruan tinggi, pemerintah, industri, dan masyarakat guna menghadirkan penemuan inklusif dan berkelanjutan.

Sementara itu, Wachyu Hari Haji memaparkan program Magang Berdampak 2025 dirancang untuk menjadikan mahasiswa sebagai pemasok perubahan nan aktif berkontribusi dalam menyelesaikan tantangan nyata di masyarakat. Program ini mengedepankan pembelajaran berbasis pada pengalaman lewat proyek nyata mitra industri serta lembaga, nan hasilnya tidak hanya diakui dalam corak konversi SKS (satuan angsuran semester), tetapi juga menghasilkan portofolio ahli dan akibat terukur.

Ia menambahkan tantangan dalam program magang tahun ini lebih tinggi daripada tahun-tahun sebelumnya lantaran mahasiswa kudu menunjukkan kecocokan antara hard skill dan soft skill mereka dengan posisi nan ditawarkan mitra magang.

“Jika mahasiswa terbukti sesuai dan bisa menjawab tantangan, banyak mitra membuka kesempatan kerja langsung tanpa kudu melalui proses rekrutmen panjang. Ini adalah corak penghargaan terhadap kualitas dan kesiapan mereka,” ujarnya.

"Mahasiswa nan unggul berkesempatan bakal meraih golden ticket berupa rekomendasi untuk direkrut langsung setelah lulus, lantaran dianggap mempunyai kompetensi dan karakter nan sesuai kebutuhan bumi kerja," pungkasnya. (H-2)