ARTICLE AD BOX
librosfullgratis.com, Jakarta Di tengah dinamika geopolitik dunia nan kian kompleks, Indonesia mengambil langkah progresif dalam memperkuat diplomasi ekonomi melalui peran aktif Indonesian AID alias Lembaga Dana Kerja Sama Pembangunan Internasional (LDKPI). Indonesian AID sendiri merupakan Badan Layanan Umum (BLU) nan berada di bawah naungan Kementerian Keuangan (Kemenkeu) Republik Indonesia.
Lembaga ini bukan sekadar simbol filantropi negara, melainkan instrumen strategis nan menjadi bagian integral dari kebijakan luar negeri Indonesia, khususnya di era pemerintahan Prabowo-Gibran.
Menurut Chief Economist Bank Permata, Josua Pardede, kehadiran Indonesian AID merupakan bentuk konkret dari diplomasi nan memperkuat posisi Indonesia sebagai negara nan bisa memanfaatkan instrumen support untuk memperluas jejaring ekonomi dan memperkuat esensial dalam negeri.
“Pembentukan LDKPI merupakan bagian dari komitmen pemerintah untuk menegaskan posisi Indonesia di kancah internasional, khususnya melalui skema diplomasi tangan di atas nan mencerminkan peran Indonesia sebagai negara pemberi bantuan, bukan hanya penerima,” ujar Josua Pardede dalam wawancara berbareng librosfullgratis.com pada Senin (07/07/2025).
Diplomasi Pembangunan sebagai Pilar Asta Cita
Langkah strategis Indonesian AID sejalan dengan visi Asta Cita nan menjadi referensi pembangunan nasional lima tahun ke depan. Salah satu pilar krusial dari delapan misi utama tersebut adalah memperkuat sistem pertahanan dan kemandirian bangsa, di mana kerja sama internasional dalam pembangunan menjadi jembatan krusial membangun solidaritas global, sekaligus memperkuat ketahanan nasional dari dalam.
Dr. Apriwan, Kepala Departemen Hubungan Internasional Universitas Andalas, menekankan bahwa diplomasi pembangunan sekarang menjadi bagian dari ekosistem strategis dalam membangun Indonesia maju. “Langkah ini bukanlah sekedar tindakan filantropi, melainkan bagian dari strategi besar diplomasi nan dijalankan pemerintahan Prabowo-Gibran,” tuturnya.
Membuka Pasar Non-Tradisional dan Mendorong Ekspor
Melalui skema support teknik, pelatihan, dan hibah pembangunan kapasitas, Indonesian AID membuka jalur-jalur baru kerja sama bilateral dengan negara-negara mitra, terutama di area Asia, Pasifik, dan Afrika. Aktivitas ini bukan hanya mempererat hubungan diplomatik, tetapi juga memperluas pasar ekspor produk nasional.
“Melalui pemberian support teknik, pelatihan, dan pembangunan kapabilitas kepada negara-negara penerima, Indonesia mempromosikan kelebihan komparatif nan dimiliki, seperti skill di bagian perikanan, pertanian, kesehatan, UMKM, hingga pengelolaan akibat bencana,” jelas Josua Pardede.
“Kegiatan-kegiatan ini memperluas jejaring ekonomi, membuka pasar ekspor produk nasional, dan pada akhirnya memperkuat esensial ekonomi nasional melalui peningkatan gambaran dan posisi Indonesia di pasar global,” tambahnya.
Salah satu contoh nyata adalah hibah vaksin Pentavalent produksi Biofarma ke Nigeria. Selain menjadi kontribusi kemanusiaan, program ini merupakan investasi strategis jangka panjang dalam memperluas pasar farmasi nasional.
“Bantuan vaksin tersebut juga memperkuat kepercayaan internasional terhadap produk farmasi Indonesia, meningkatkan gambaran Indonesia sebagai negara dengan kapabilitas manufaktur tinggi di bagian kesehatan,” ungkap Josua.
Mendukung Kemandirian Ekonomi dan Bargaining Power Global
nisiatif Indonesian AID juga dilihat sebagai langkah nyata Indonesia untuk mengurangi ketergantungan terhadap negara-negara maju. Melalui pendekatan kerja sama Selatan-Selatan, Indonesia memperkuat jejaring solidaritas antar-negara berkembang, membangun kapabilitas internal mitra, serta meningkatkan daya tawar dunia Indonesia.
“Strategi ini membantu negara-negara berkembang memperkuat kapabilitas internal mereka, nan secara jangka panjang mengurangi ketergantungan dunia terhadap negara-negara maju,” kata Josua. “Posisi ini memungkinkan Indonesia mempunyai bargaining power lebih kuat di tingkat global, mendukung independensi kebijakan ekonomi nasional.” Lanjutnya.
Soroti Sektor nan Layak Dioptimalkan
Direktur Utama Indonesian AID Dalyono mengungkapkan bahwa upaya kerja sama Pembangunan di beragam sektor ini diharapkan dapat membantu pelaku upaya melakukan penetrasi pasar potensial, mendorong peningkatan ekspor, meningkatkan penggunaan produk dan teknologi Indonesia untuk bisa masuk ke negara-negara berkembang seperti di Asia, Pasifik, dan Afrika semakin terbuka.
“Sebagai contoh adalah pendanaan untuk support hibah vaksin Pentavalent produksi Biofarma ke Nigeria. Program ini diharapkan membuka pasar dan jejaring Biofarma di Kawasan Afrika. Demikian juga dengan pendanaan aktivitas training dan hibah produk dan teknologi Inseminasi Buatan produksi Balai Besar Inseminasi Buatan (BBIB) Singosari nan sekarang telah merambah ke beragam negara di Afrika,” ungkap Dalyono.
Terkait dengan perihal tersebut, Josua juga menyoroti beberapa sektor potensial nan layak dioptimalkan dalam kerja sama internasional, sehingga bisa memberikan pengaruh dobel bagi Indonesia dan negara penerima, seperti kesehatan, pertanian dan pangan, perikanan, dan UMKM.
Ia mencontohkan, investasi Indonesia dalam proyek pengembangan perikanan di negara-negara Afrika seperti Mozambique, Zimbabwe, dan Tanzania, tidak hanya membantu negara-negara penerima tetapi juga membuka akses pasar baru bagi produk perikanan Indonesia serta mendorong ekspor jasa teknik perikanan dari Indonesia.
“Sektor UMKM juga menjadi salah satu konsentrasi penting, mengingat kemampuannya mendorong pertumbuhan ekonomi nan inklusif. Program-program penguatan kewirausahaan seperti nan dilakukan di Nigeria, Eropa Tenggara, dan Suriname menciptakan multiplier effect, baik dalam peningkatan kapabilitas UMKM lokal maupun dalam membuka kesempatan upaya baru bagi pengusaha Indonesia,” ungkapnya kemudian.
Di sektor kesehatan, Josua menilai support seperti vaksin Biofarma menjadi showcase kelebihan teknologi kesehatan Indonesia nan dapat membuka kesempatan lebih luas untuk ekspor produk dan teknologi kesehatan Indonesia.
Program Indonesian AID juga mencakup pemberian danasiwa dan training kepada calon pemimpin dari negara-negara mitra. Hal ini membentuk jaringan alumni dunia nan mempunyai kedekatan emosional dan intelektual dengan Indonesia, memperkuat diplomasi berbasis soft power dalam jangka panjang.
“Program ini tentu menambah environment internasional, mendorong perguruan tinggi dan para expertise kita dalam meningkatkan reputasinya dan bersaing di kancah global,” pungkas Dr. Apriwan.