Masyarakat Adat Diharapkan Tidak Dijadikan Alat Politik, Biarkan Jadi Penjaga Nilai Budaya

Sedang Trending 6 jam yang lalu
ARTICLE AD BOX
Masyarakat Adat Diharapkan Tidak Dijadikan Alat Politik, Biarkan Jadi Penjaga Nilai Budaya Ketua Umum Punguan Simbolon dohot Boruna Indonesia (PSBI), Effendi Simbolon(Dok PSBI)

KETUA Umum Punguan Simbolon dohot Boruna Indonesia (PSBI), Effendi Simbolon, menyoroti pembahasan RUU Masyarakat Adat nan sedang digulirkan pemerintah. Menurutnya, pengakuan terhadap masyarakat budaya semestinya tidak berakhir pada aspek ekonomi semata, tapi kudu menyentuh akar budaya dan sejarah. 

“Kami berharap, masyarakat budaya tidak dijadikan perangkat politik. Biarlah kami tetap menjadi penjaga nilai-nilai budaya,” ungkapnya dilansir dari keterangan resmi, Senin (7/7).

Adapun PSBI baru-baru ini melakukan giat renungan suci dan kunjungan nasional di Taman Makam Pahlawan Kalibata. Momen ini menjadi ungkapan penghormatan kepada para leluhur sekaligus pengingat bakal pentingnya nilai-nilai kearifan lokal dalam membentuk jati diri bangsa sekaligus menjadi seremoni Hari Ulang Tahun (HUT) PSBI ke-18. 

“Organisasi ini tidak disatukan oleh partai politik, tetapi oleh kekerabatan. Inilah nan disebut local wisdom, akar dari kepribadian bangsa Indonesia nan sesungguhnya,” ujar Effendi. 

Ziarah ini menjadi momen penuh makna bagi family besar PSBI lantaran setidaknya 13 hingga 15 tokoh bermarga Simbolon dimakamkan di TMP Kalibata termasuk Kolonel M. Simbolon dan Letkol M. Simbolon. 

“Ada ikatan emosional, spiritual dan batiniah nan sangat dalam bagi kami,” tambah Effendi.

Peringatan ulang tahun PSBI tahun ini dirangkaikan dengan rapat kerja nasional (rakernas) nan bakal berjalan pada 7-8 Juli dan diikuti oleh lebih dari 700 peserta dari 156 wilayah termasuk perwakilan dari luar negeri. 

Kegiatan rakernas dijadwalkan bakal dibuka oleh Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka serta dihadiri sejumlah pejabat negara dan kepala daerah.

Menurut Effendi, seluruh aktivitas PSBI berdasarkan semangat kebersamaan dan kepedulian. Selama sebulan terakhir, PSBI telah menyelenggarakan beragam aktivitas sosial, pelayanan kesehatan, support pendidikan hingga kunjungan kepada para lanjut usia alias lansia. 

“Kami mengunjungi mereka nan berumur 80 hingga 90 tahun, memberikan perhatian dan pelayanan. Itu bagian dari rasa hormat dan cinta kepada generasi pendahulu,” ujar Effendi.

PSBI juga mendorong pentingnya pembangunan manusia nan berakar pada budaya dan nilai-nilai luhur. “Kami tidak mau pembangunan berjalan tanpa jiwa kebudayaan. Kita butuh manusia nan kuat secara karakter dan beriman,” tegas Effendi.

Di tengah era nan serba cepat, Effendi mengingatkan pentingnya menghargai proses. “Banyak nan sekarang mau hasil instan. Padahal dalam budaya kami, proses lebih penting. Proses nan betul bakal menghasilkan hasil nan bermakna,” lanjut Effendi.

Dalam suasana khidmat nan berjalan meski diguyur hujan, aktivitas kunjungan ditutup dengan angan bersama. Effendi menyampaikan pesan persaudaraan untuk seluruh personil PSBI di beragam wilayah dan luar negeri.

“Hal nan paling krusial adalah saling menghargai dan saling membantu. Kadang kita menolong, kadang kita juga butuh ditolong. Itulah makna sejati dari persaudaraan,” katanya.

Melalui seremoni ini, Effendi berambisi PSBI mau terus menjaga warisan budaya dan menjadikannya sebagai kekuatan moral dalam menghadapi masa depan. Kearifan lokal nan dijaga lintas generasi diharapkan tetap hidup dan relevan ditengah tantangan zaman. (H-2)