Ini Alasan Konkret Blt Harus Tetap Disaluarkan Pemerintah Buat Rakyat

Sedang Trending 1 hari yang lalu
ARTICLE AD BOX

Jakarta, librosfullgratis.com - Anggota Dewan Ekonomi Nasional (DEN), nan juga merupakan Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Padjadjaran, Arief Anshory Yusuf, mengungkapkan argumen mendasar program support langsung tunai (BLT) tak boleh dihilangkan pemerintah.

Arief berpendapat, program BLT nan menjadi bagian dari program support sosial alias bansos bukan dalam rangka memanjakan masyarakat tak mampu, lantaran dalam kehidupan sosial bakal selalu ada masyarakat nan tidak beruntung, alias tak mempunyai akses modal sejak awal fase kehidupannya.

"Jadi, apa artinya? kita itu memberikan perlindungan kepada mereka nan kebetulan memang dia tidak beruntung. Dan itu selalu ada, bakal selalu ada. Meski ada nan bilang jangan dikasih bantuan, kelak malas," kata Arief dalam program Cuap Cuap Cuan librosfullgratis.com, dikutip Kamis (10/7/2025).

Arief mengatakan, ada banyak riset nan telah menunjukkan bahwa kemiskinan kebanyakan bukan disebabkan seseorang malas bekerja, melainkan murni sebatas ketidakberuntungannya. Sebaliknya, orang nan kaya alias bisa mendapat akses modal sejak tahapan awal kehidupannya juga disebabkan keberuntungannya semata.

"Jadi, semuanya berasas keberuntungan, lebih dari setengahnya, ada bukunya itu, dan saya setuju seperti itu. Coba, pertaruhan pertama manusia apa? Mereka tidak bisa memilih orang tua, dan orang tua bakal berpengaruh kepada anaknya. Don't deny it, itu fakta. Karena kita tidak bisa memilih orang tua," ucap Arief.

"Dan Joseph E. Stiglitz (Peraih Hadiah Nobel) dia pernah bilang the most important strategy in your life is choosing your parents, jadi sepanjang kita belum bisa memilih orang tua, BLT itu perlu," tegasnya.

Sebagaimana diketahui, pemerintah Indonesia pun sampai detik ini tetap mengandalkan program BLT alias bansos sebagai bagian dari program jaring pengaman sosial (social protection). Hingga Semester I-2025 nilainya telah mencapai Rp 78 triliun alias setara 57,7% dari pagu tahun ini.

Meski begitu, Arief mengakui, penyaluran BLT alias bansos kudu diarahkan sesuai dengan info nan kongkrit. "Kalau misalkan ekonomi sudah pada tahap full employment-nya, sudah pada tahap ekonomi itu sudah bukan resesi lagi, itu biasanya Keynesian itu luruh dengan sendirinya," ujarnya.


(arj/haa)
[Gambas:Video CNBC]

Next Article Penasihat Khusus Prabowo Usulkan Subsidi BBM Dialihkan Jadi BLT