ARTICLE AD BOX
Otoritas Israel mengatakan bahwa gencatan senjata Gaza, nan sekarang sedang dinegosiasikan di Qatar, mungkin dapat terwujud dalam waktu satu minggu alias dua minggu ke depan. Hal ini disampaikan Tel Aviv setelah golongan Hamas menyatakan kesiapan untuk membebaskan 10 sandera Israel sebagai bagian kesepakatan.
Seorang pejabat senior Israel, nan enggan disebut namanya, seperti dilansir Reuters dan Al Arabiya, Kamis (10/7/2025), mengatakan bahwa kesepakatan gencatan senjata dan pembebasan sandera di Jalur Gaza kemungkinan besar tidak bakal tercapai dalam satu hari saja.
Menurut pejabat senior Israel tersebut, kesepakatan antara Israel dan Hamas mungkin dapat tercapai dalam waktu sekitar satu minggu alias dua minggu ke depan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pernyataan ini disampaikan saat Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu mengunjungi Washington DC pekan ini.
Lebih lanjut, dikatakan oleh pejabat senior Israel tersebut bahwa jika kedua belah pihak menyetujui usulan gencatan senjata selama 60 hari, maka Tel Aviv bakal menggunakan waktu tersebut untuk menawarkan gencatan senjata permanen -- dengan syarat golongan Hamas kudu melucuti senjata mereka.
Jika Hamas menolak, sebut pejabat senior Israel itu, maka "kami bakal melanjutkan" operasi militer di Jalur Gaza.
Hal tersebut disampaikan setelah Hamas, pada Rabu (9/7), menyatakan kesiapan untuk membebaskan 10 sandera dalam upaya nan sedang berjalan untuk mewujudkan gencatan senjata Gaza.
Namun Hamas juga menyebut bahwa perundingan gencatan senjata nan sedang berjalan di Qatar berjalan "sulit" lantaran "kekerasan hati" pihak Israel.
Dalam pernyataannya, golongan Hamas mengatakan tetap ada halangan utama dalam perundingan, terutama mengenai aliran support kemanusiaan secara bebas, penarikan pasukan Israel dari Jalur Gaza, dan "jaminan nyata" untuk gencatan senjata permanen.
"Gerakan ini menunjukkan elastisitas nan dibutuhkan dan setuju untuk membebaskan 10 tahanan (sandera)," kata Hamas dalam pernyataannya, seperti dilansir AFP.
"Meskipun negosiasi mengenai isu-isu ini tetap susah hingga saat ini lantaran kekerasan hati pendudukan (Israel), kami terus bekerja dengan serius dan dengan semangat positif berbareng para mediator untuk mengatasi halangan dan mengakhiri penderitaan rakyat kami, serta memastikan aspirasi mereka bakal kebebasan, keamanan, dan kehidupan nan bermartabat," tegas golongan tersebut.
Pernyataan Hamas itu disampaikan setelah empat hari perundingan tidak langsung nan dimediasi oleh Qatar, dan ketika Amerika Serikat (AS) mengisyaratkan kepercayaan bahwa kesepakatan gencatan senjata 60 hari bakal tercapai sebelum akhir pekan.
Utusan unik AS untuk Timur Tengah, Steve Witkoff, mengatakan bagian dari kesepakatan itu adalah pemulangan 10 sandera nan tetap hidup, nan ditahan Hamas dan sekutunya di Jalur Gaza sejak serangan pada Oktober 2023 nan memicu perang.
Dari 251 sandera nan dibawa ke Jalur Gaza, sebanyak 49 sandera di antara diyakini tetap ditahan di wilayah tersebut, termasuk 27 orang nan menurut militer Israel telah tewas.
Sementara itu, Menteri Luar Negeri Israel Gideon Saar menyatakan keyakinannya bahwa gencatan senjata dan kesepakatan pembebasan sandera di Jalur Gaza "dapat dicapai", meskipun belum ada tanda-tanda terobosan dalam perundingan nan sedang berjalan dengan Hamas.
Ditegaskan oleh Saar bahwa Israel serius mau mencapai kesepakatan untuk mengakhiri pertempuran selama 21 bulan terakhir.
"Jika gencatan senjata sementara tercapai, kami bakal merundingkan gencatan senjata permanen," ucapnya dalam pidato di Bratislava, ibu kota Slovakia.
(nvc/idh)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini