ARTICLE AD BOX
Jakarta -
Wakil Ketua Umum Partai Golkar Bambang Soesatyo mengingatkan bahwa bentrok antara Israel dan Iran bukan sekadar perang dua negara, melainkan potensi pemicu krisis dunia nan berakibat langsung ke Indonesia. Perang tersebut adalah akibat dari ketegangan multipolar bumi nan selama ini ditahan oleh perang proksi dan diplomasi tidak tuntas.
Jika bentrok meluas, bukan tidak mungkin terjadi resesi dunia baru, rekonstruksi ulang peta kekuatan internasional, dan ancaman serius terhadap tatanan norma internasional dan kemanusiaan. Meskipun letaknya ribuan kilometer dari pusat konflik, Indonesia tidak berada di area aman.
Menurutnya, tidak perlu pesimis, kudu tetap optimis, lantaran Presiden Prabowo Subianto berbareng kabinetnya bakal bisa mengatasi akibat dari bentrok Iran-Israel nan sekarang mulai terasa dan menciptakan gejolak ketidakpastian di beragam sektor, terutama ekonomi. Salah satu akibat paling terasa adalah lonjakan nilai minyak dunia. Jika perang antara Israel dan Iran kembali berkecamuk dalam delapan bulan ke depan, bukan tidak mungkin nilai minyak mentah bakal melambung di atas USD 150 per barel.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sebagai negara pengimpor minyak bumi, Indonesia bakal terkena akibat langsung. Kita kudu siap dengan strategi, langkah taktis dan mitigasi nan tepat. Akibat dari kenaikan nilai minyak nan berpotensi meningkatkan beban subsidi daya pemerintah dan menekan anggaran negara lantaran pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS bakal membikin biaya pinjaman luar negeri Indonesia juga meningkat. Dampak lainnya adalah penurunan daya beli masyarakat, mendorong inflasi dan menghalang pertumbuhan ekonomi," ujar Bamsoet dalam keterangan tertulis, Kamis (10/7/2025).
Hal itu dia sampaikan saat membuka Diskusi berjudul 'Dampak Konflik Israel-Iran Terhadap Indonesia: Tantangan, Peluang, dan Strategi Menghadapi Dinamika Global' di Parle Senayan Jakarta, hari ini.
Acara nan diselenggarakan Group Diskusi Patiunus 75 dan Teropong Senayan, selain menghadirkan Mayjen TNI Fritz Gerald Manusuntua Pasaribu, Laksamana TNI (Purn) Marsetio, Syahganda Nainggolan, Dina Sulaeman, Pahala Mansury, Bachtiar Aly, Didin S. Damanhuri, Hariman Siregar, Bursah Zarnubi, M.S Kaban, Nasir Tamara, Irma Hutabarat, Hendrajit, Hazairin Pohan dan Said Didu, juga beberapa Guru Besar dari UI, Unpad, Unhan, UNJ dan UIN.
Ketua MPR ke-15 dan Ketua DPR ke-20 ini memaparkan, pengaruh lain dari perang Israel-Iran, nilai tukar rupiah mulai mengalami tekanan serius, sempat menyentuh Rp 16.200 per USD pada akhir Juni 2025. Ketidakpastian dunia juga mendorong penanammodal asing menarik modal dari pasar negara berkembang, termasuk Indonesia, menyebabkan terjadinya capital outflow. Bursa Efek Indonesia sempat mengalami koreksi tajam selama beberapa hari berturut-turut, dengan IHSG jatuh ke bawah 6.500, memicu kekhawatiran bakal resesi teknikal.
"Kita semua kudu kompak sebagai bangsa dalam menghadapi ancaman inflasi nan mulai nampak. Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan inflasi Juni 2025 mencapai 4,2% (yoy), naik dari 3,5% pada bulan sebelumnya. Harga BBM non-subsidi telah naik dua kali dalam sebulan terakhir. Harga bahan pokok pun ikut naik antara 8% hingga 15% dalam rentang waktu tiga minggu. Bagi masyarakat mini ini merupakan pukulan langsung terhadap daya beli mereka," kata Bamsoet.
Ketua Komisi III DPR RI ke-7 dan Wakil Ketua Umum KADIN Indonesia ini menjelaskan dibalik ancaman tersebut, Indonesia mempunyai kesempatan untuk memainkan peran krusial sebagai penengah bumi Islam di tengah kekacauan multipolar. Dunia internasional tengah kehilangan figur penengah. Amerika Serikat semakin berat sebelah kepada Israel, sementara Rusia dan China memanfaatkan kekosongan itu untuk memperkuat blok tandingan berbareng Iran.
Sebagai negara kerakyatan terbesar dengan kebanyakan Muslim moderat, Indonesia punya kredibilitas untuk menjadi jembatan perdamaian. Indonesia dapat memimpin diplomasi kemanusiaan, memperkuat kerja sama di tingkat ASEAN, OKI, dan G20, serta mendorong pembentukan contact group independen untuk meredakan ketegangan.
"Langkah ini dapat mengukuhkan posisi Indonesia untuk memainkan peran lebih besar dalam diplomasi global. Bukan sekadar sebagai middle power, tapi sebagai pedoman moral bumi Islam nan tenteram dan adil," pungkas Bamsoet.
(akn/ega)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini