Setuju Ke Qatar Untuk Negosiasi, Israel Tolak Keras Tawaran Hamas Ini

Sedang Trending 4 jam yang lalu
ARTICLE AD BOX

Jakarta, librosfullgratis.com - Israel memutuskan mengirim delegasi ke Qatar untuk melakukan pembahasan berbareng Hamas mengenai gencatan senjata di Gaza dan kesepakatan pembebasan sandera. Kantor Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan telah menerima undangan tersebut.

Pada Jumat malam, Hamas mengatakan telah memberi "tanggapan positif" terhadap tawaran gencatan senjata 60 hari dan siap melakukan negosiasi. Namun, pejabat Palestina mengatakan golongan itu telah mencari amandemen termasuk agunan bahwa permusuhan tidak bakal bersambung jika pembicaraan tentang gencatan senjata permanen gagal.

Di Gaza, badan Pertahanan Sipil nan dikelola Hamas mengatakan serangan dan tembakan Israel menewaskan sedikitnya 35 penduduk Palestina pada hari Sabtu lalu. Tujuh orang tewas, termasuk master dan ketiga anaknya, ketika tenda-tenda di wilayah al-Mawasi dibom. Sementara itu, dua tenaga kerja Amerika dari organisasi pengedaran support Yayasan Kemanusiaan Gaza (GHF) terluka dalam serangan di wilayah Khan Younis.

Sebelumnya, Kantor Perdana Menteri Israel mengatakan bahwa perubahan nan mau dilakukan Hamas terhadap tawaran gencatan senjata tidak dapat diterima oleh Israel.

"Mengingat penilaian situasi, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu telah mengarahkan bahwa undangan untuk pembicaraan diterima dan bahwa kontak untuk pengembalian sandera kami, berasas proposal Qatar nan telah disetujui Israel, dilanjutkan. Tim negosiasi bakal pergi besok," tulisnya sebagaimana dikutip BBC, Minggu (6/7/2025).

Pada hari Selasa, Presiden AS Donald Trump mengatakan bahwa Israel menerima "kondisi nan diperlukan" untuk gencatan senjata 60 hari. Rencana tersebut diyakini mencakup pembebasan 10 sandera Israel nan tetap hidup oleh Hamas dan mayit 18 sandera lainnya dengan hadiah tahanan Palestina nan ditahan di penjara Israel.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengunjungi letak wilayah permukiman nan hancur akibat serangan rudal Iran di dekat Tel Aviv, Israel, Minggu (15/6/2025). (Tangkapan Layar Video/REUTERS)Foto: Tangkapan Layar Video/REUTERS
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengunjungi letak wilayah permukiman nan hancur akibat serangan rudal Iran di dekat Tel Aviv, Israel, Minggu (15/6/2025). (Tangkapan Layar Video/REUTERS)

Tawaran tersebut juga dilaporkan mengatakan jumlah support nan cukup bakal segera memasuki Gaza dengan keterlibatan PBB dan Komite Palang Merah Internasional. Hamas menuntut support didistribusikan secara eksklusif oleh PBB dan mitranya.

Amandemen lain nan diminta oleh Hamas adalah tentang penarikan pasukan Israel.

Proposal AS diyakini mencakup penarikan berjenjang Israel dari beberapa bagian Gaza. Tetapi Hamas mau pasukan kembali ke posisi nan mereka pegang sebelum gencatan senjata terakhir runtuh pada Maret silam ketika Israel melanjutkan serangannya.

Hamas juga menginginkan agunan AS bahwa operasi udara dan darat Israel tidak bakal dilanjutkan, apalagi jika gencatan senjata berhujung tanpa gencatan senjata permanen.

Tawaran tersebut diyakini mengatakan mediator menjamin bahwa negosiasi serius bakal berjalan sejak hari pertama, dan bahwa mereka dapat memperpanjang gencatan senjata jika perlu.

Namun, Netanyahu mengesampingkan berakhirnya perang sampai semua sandera dibebaskan serta keahlian militer dan pemerintahan Hamas dihancurkan. Anggota sayap kanan dari kabinetnya juga telah menyatakan penentangan mereka terhadap kesepakatan nan diusulkan.

Menteri Keamanan Nasional Itamar Ben-Gvir mengatakan bahwa satu-satunya langkah untuk mengamankan kembalinya para sandera adalah dengan penaklukan penuh Jalur Gaza, penghentian total untuk apa nan disebut support 'kemanusiaan', dan dorongan emigrasi" dari masyarakat Palestina.


(wur)
[Gambas:Video CNBC]

Next Article Hamas Bakal Bebaskan Semua Sandera ke Israel, Asal...