ARTICLE AD BOX
librosfullgratis.com, Surabaya - PSSI dan PT LIB (I-League) tetap belum mencabut izin larangan suporter away. Regulasi ini sendiri sudah berjalan selama lebih dari dua musim terakhir.
Ketum PSSI, Erick Thohir, sempat menyatakan bakal memperpanjang izin tersebut memasuki BRI Super League 2025/2026. Lagi-lagi, dia berdasar FIFA tetap melarang kehadiran suporter tamu.
Banyak kalangan suporter klub Indonesia mencemooh keputusan ini. Satu di antaranya datang dari Bonek, suporter Persebaya.
Koordinator Green Nord namalain Bonek tribune utara, Husin Ghozali, menantang Erick Thohir untuk membuktikan larangan FIFA itu. Sebab, Erick Thohir selama ini tidak pernah menunjukkan arsip resmi FIFA mengenail perihal ini.
“PSSI tidak pernah menunjukkan bukti otentik jika itu ada hukuman dari FIFA, hanya secara lisan. Lisan itu jika dibuat sanksi, nggak berasas hukum. Hukum itu kudu ada bukti. Harus ada keputusan,” kata laki-laki nan berkawan disapa Cak Cong itu kepada librosfullgratis.com.
“Ini merugikan klub, lantaran secara ekonomi tiket pemasukan dari suporter Anda itu sangat berfaedah juga bagi klub tuan rumah. Berarti PSSI mematikan klub lantaran tidak dapat pemasukan dari tiket dari suporter tamu,” imbuhnya.
Yuk gabung channel whatsapp librosfullgratis.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Mencontoh Apa nan Terjadi di Piala Presiden 2025
Larangan suporter tamu ini memang terbilang membingungkan. Di saat kejuaraan resmi menerapkan izin itu, rupanya turnamen pramusim Piala Presiden 2025 sebaliknya.
Hal itu terbukti dengan kehadiran suporter klub lain saat diselenggarakannya Piala Presiden 2025 di Bandung. Sejauh ini, belum ada hukuman untuk klub tuan rumah maupun klub nan suporternya berangkat dan menembus stadion di Bandung tersebut.
Larangan suporter tamu juga semakin menebalkan prasangka jelek terhadap PSSI. Sebab, klub tuan rumah maupun tim tamu kerap menerima hukuman berupa denda masing-masing Rp25 juta jika suporter tamu hadir.
Selain itu, suporter Timnas Indonesia terbukti bisa melakoni tandang ke negara lain. Sebaliknya, suporter tim tamu dari negara lain juga bisa datang di Indonesia. Hal ini pun membantah bahwa ada larangan FIFA nan mengatur sesuai pernyataan Erick Thohir.
“Ini lisan nan melarang supporter tandang, bukan keputusan dari FIFA. Hanya Indonesia lantaran suka dan tidak suka,” ujar Cak Cong.
“Timnas saja suporter tamu bisa datang ke Indonesia. Baik itu suporter kita datang ke luar negeri, maupun suporter luar datang ke Indonesia. Seharusnya jika ada larangan FIFA, ada hukuman kehadiran suporter tamu juga di Timnas,” imbuh Cak Cong.
Alasan Larangan dari FIFA
:strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/1013060/original/012701700_1444211819-490007862.jpg)
FIFA tetap terus jadi argumen Erick Thohir melahirkan kebijakan ini. Di sisi lain, muncul jual beli lisensi kewenangan berkompetisi di Indonesia, nan sudah jelas dilarang oleh FIFA namun tak pernah dibahas Erick Thohir.
Hal itu sudah terjadi di Liga 2, nan telah berganti nama di Championship. Muncul sejumlah klub baru hasil transaksi jual beli tersebut. Di antaranya adalah Garudayaksa, Persikad Depok, dan Sumsel United.
Kendati demikian, PT LIB alias I-League disebut sedang mengkaji soal larangan suporter away ini. Artinya, operator kejuaraan Super League dan Championship itu juga dalam upaya menentang pernyataan Erick Thohir nan selalu dilandaskan oleh saran FIFA.