Kenali Jenis Obat Hipertensi Beserta Efek Sampingnya

Sedang Trending 4 bulan yang lalu
ARTICLE AD BOX
Kenali Jenis Obat Hipertensi beserta Efek Sampingnya Ilustrasi perangkat meteran pengukur tekanan darah dan jenis obat hipertensi.(Dok alomedika.com)

HIPERTENSI alias tekanan hipertensi adalah kondisi nan umum dirasakan oleh beragam kalangan masyarakat. Penyakit ini terjadi ketika tekanan darah seseorang berada di atas 140/90 mmHg, sehingga dapat meningkatkan akibat komplikasi seperti penyakit jantung, stroke, dan kerusakan ginjal. 

Menurut info dari World Health Organization (WHO), jumlah kasus hipertensi di bumi pada 2015 mencapai 1,13 miliar orang. Pada 2025, nomor ini diperkirakan meningkat menjadi 1,5 miliar. 

Selain itu, WHO mencatat bahwa hipertensi menjadi penyebab kematian sekitar 10,44 juta orang setiap tahun. Oleh lantaran itu, saat seseorang mendapatkan tekanan darahnya tinggi, pengobatan hipertensi kudu segera dilakukan. 

Tak hanya pengobatan, pola hidup sehat, seperti diet rendah garam dan olahraga teratur, juga sebaiknya dilakukan untuk menjaga tekanan darah tetap normal.

Mengapa obat hipertensi diperlukan? Hipertensi bisa terjadi lantaran banyak faktor, seperti kebiasaan buruk, genetika, dan masalah kesehatan lain. Jika dibiarkan tanpa pengobatan nan tepat, hipertensi dapat menyebabkan kerusakan organ seperti jantung dan ginjal. Maka dari itu, kondisi ini tidak bisa dianggap remeh dan diperlukan obat pereda.

Jenis obat hipertensi beserta pengaruh sampingnya

Ada beberapa jenis obat nan umum digunakan untuk mengobati hipertensi. Masing-masing mempunyai langkah kerja dan pengaruh samping nan berbeda. Dokter biasanya bakal meresepkan obat hipertensi sesuai dengan kondisi orang nan mengalami hipertensi.

Berikut beberapa jenis obat hipertensi nan sering digunakan melansir dari Kementerian Kesehatan.

1. ACE Inhibitor.

Angiotensin-converting enzyme (ACE) inhibitor adalah obat nan membantu menurunkan tekanan darah dengan langkah melebarkan pembuluh darah.

Obat ini bekerja dengan menghalang enzim ACE nan berfaedah menghasilkan angiotensin II suatu unsur nan menyebabkan pembuluh darah menyempit. 

Penyempitan pembuluh darah bakal membikin tekanan darah meningkat dan membikin jantung kudu bekerja lebih keras. Karena itu, ACE inhibitor diperlukan untuk mencegah terbentuknya angiotensin II, sehingga pembuluh darah tetap rileks dan tekanan darah bisa turun.

Beberapa contoh obat dalam kategori ACE inhibitor ini antara lain benazepril, captopril, enalapril, fosinopril, lisinopril, perindopril, ramipril, trandolapril, quinapril, dan moexipril.

Namun, obat ini bisa menimbulkan pengaruh samping seperti batuk kering, pusing, dan sakit kepala. Selain itu, ACE inhibitor tidak boleh digunakan oleh ibu hamil.

2. Angiotensin II Receptor Blockers (ARBs).

Seperti ACE inhibitor, ARBs bekerja dengan langkah melebarkan pembuluh darah, tetapi dengan sistem nan berbeda. 

Obat ini digunakan untuk seseorang nan tidak bisa menoleransi ACE inhibitor, terutama nan mengalami batuk kering.

Contoh obat ARBs adalah Losartan, Valsartan, dan Irbesartan. Efek samping ARBs cukup ringan, seperti pusing, sakit kepala, dan gangguan pencernaan. Obat ini juga bisa menyebabkan peningkatan kadar kalium dalam darah.

3. Diuretik.

Diuretik adalah obat nan membantu tubuh membuang kelebihan garam dan air nan ada dalam tubuh lewat urine. Tak hanya itu, diuretik juga dapat mengurangi volume darah dan menurunkan tekanan darah.

Obat ini sering disebut sebagai pil air. Diuretik umumnya digunakan sebagai obat pertama dalam pengobatan hipertensi. Contoh obat diuretik nan sering digunakan adalah amiloride, triamterene, eplerenone, dan spironolactone.

Diuretik biasanya efektif untuk orang dengan hipertensi ringan hingga sedang. Meskipun efektif menurunkan tekanan darah, diuretik mempunyai beberapa pengaruh samping nan bisa saja muncul seperti dehidrasi, kekurangan kalium (hipokalemia), peningkatan kadar gula darah, dan peningkatan kadar kolesterol.

4. Calcium Channel Blockers (CCBs).

Calcium channel blockers dapat bekerja dengan menghalangi kalsium untuk masuk ke sel-sel otot jantung dan pembuluh darah. 

Hal ini menyebabkan pembuluh darah menjadi lebih rileks dan lebih lebar, sehingga tekanan darah dapat turun. Obat ini sering diberikan kepada orang nan menderita angina alias penyakit jantung lain.

Contoh obat CCBs antara lain Amlodipine, Diltiazem, dan Verapamil. Efek samping nan umum dari CCBs meliputi pembengkakan pada pergelangan kaki, pusing, dan debar jantung nan lebih cepat. 

5. Beta-Blockers.

Beta-blockers, obat satu ini bekerja dengan langkah menghalang pengaruh hormon adrenalin pada jantung. Orang dengan hipertensi dapat menggunakan jenis obat ini untuk membantu memperlambat debar jantung dan menurunkan tekanan darah. Biasanya, Beta-blockers diresepkan untuk orang nan mempunyai riwayat serangan jantung alias gangguan jantung lainnya.

Contoh obat beta-blockers antara lain Atenolol, Metoprolol, dan Bisoprolol. Adapun pengaruh samping beta-blockers meliputi rasa lelah, penurunan degub jantung nan berlebihan, serta gangguan tidur alias mimpi buruk.

Meskipun hipertensi dapat dikendalikan dengan mengonsumsi obat, pola hidup nan tidak sehat dapat membikin tekanan hipertensi kembali muncul. Oleh lantaran itu, krusial untuk menjaga style hidup sehat, seperti rutin berolahraga dan mengonsumsi makanan bergizi. 

Kurangi asupan makanan tinggi garam, seperti makanan olahan, fast food, keripik, dan daging asin. Hindari juga makanan dengan kandungan lemak jenuh tinggi, seperti gorengan dan daging berlemak. (Z-2)