ARTICLE AD BOX

GELARAN festival fesyen tahunan Jakarta Fashion and Food Festival (JF3) bakal kembali digelar tahun ini pada 24-27 Juli di Summarecon Mall Kelapa Gading dan 30 Juli-3 Agustus di Summarecon Mall Serpong. Tahun ini, JF3 telah memasuki gelaran ke-21 dan bakal mengusung tema Recrafted: A New Vision.
Menuju dasawarsa ketiga penyelenggaraan, JF3 mau menjadi platform nan lebih konkret dalam memberikan impak untuk industri fesyen dalam negeri. Tema Recrafted: A New Vision dipilih sebagai langkah untuk memandang kembali perjalanan selama 20 tahun terakhir pagelaran fesyen tersebut sembari menata visi baru pada tahun-tahun mendatang.
“Memasuki dasawarsa ketiga, rasanya ini sangat krusial sekali untuk kami bisa membikin perubahan, jika memang industri ini mau maju. Rasanya krusial jika kami bisa membikin satu perubahan agar bisa maju. Tema Recrafted ini bukan hanya masalah gimana kami membikin sesuatu nan baru saja. Tapi juga perlu mengulas eksekusinya. Visinya seperti apa untuk industri fesyen,” ujar advisor JF3 dan founder Lakon Indonesia Theresia Mareta dalam wawancara berbareng Media Indonesia di Lakon Indonesia, mal Summarecon Kelapa Gading 3, Jakarta Utara, Selasa (8/7).
Recrafted nan menjadi tema tak hanya diartikan dalam eksekusi secara bentuk festival, namun juga secara mendalam membujuk para pelakunya untuk menuju arah perubahan baru. Arah perubahan nan dilakukan JF3, menurut Theresia, sudah dimulai setidaknya sejak tiga tahun penyelenggaraan festival. Seperti mewajibkan para desainer nan tampil di JF3 membawa 20 katalog. Ini menjadi standar baru JF3.
“JF3 mendorong agar pelaku di industri fesyen ini bisa melakukan profesinya dengan lebih baik dan lebih menghasilkan. Karena banyak sekali kita lihat desainer kita itu fokusnya tetap untuk tampil saja. Tapi lebih dalam dari itu, sisi bisnisnya belum terlalu diperhatikan,” papar Theresia.
Ketika para desainer diwajibkan membawa 20 katalog, itu bakal memantik para desainer untuk bisa lebih berpikir komprehensif. Tak hanya sekadar menyampaikan narasi sepotong, namun para penikmat juga bisa memandang visi utuh desainernya. Ini pun mendorong para desainer untuk bisa lebih ahli di sisi bisnis, berangkaian dengan skalabilitas produk nan dihasilkan.
Pada tahun ini, Theresia menyebut JF3 juga bakal meluaskan posisi pagelaran dengan jejaring internasional. Setelah dalam beberapa jenis terakhir JF3 mempunyai hubungan dengan Prancis dan regional Asia Tenggara, tahun ini JF3 juga bakal membuka pintu dengan Korea Selatan. JF3 bakal mengundang desainer asal Korea Selatan untuk ikut berpartisipasi. Dengan timbal balik, para desainer Indonesia juga bakal punya platform di pagelaran fesyen di Korea Selatan.
“Ini salah satu upaya JF3 untuk bisa memperluas pasar. Masuk ke internasional itu bagi kami bukan sekadar pamor alias tampil di luar negeri. Tapi gimana mereka betul-betul bisa memperluas pasar. Jadi nan bakal dibawa juga desainer alias merek nan siap mempunyai kapabilitas produksi untuk bisa memenuhi permintaan pasar di sana," tuturnya.
Pada tahun ini, JF3 juga mengundang beberapa desainer Prancis untuk residensi di Indonesia. Mereka menghabiskan waktu selama kurun tiga bulan untuk menciptakan karya dari material kain unik Indonesia, nan diterjemahkan dalam konsep kreasi fesyen internasional. Hal ini, menurut Theresia, juga bakal mendorong lahirnya pengetahuan baru ke para desainer dalam negeri dan desainer generasi muda untuk mempelajari langkah memperlakukan kain-kain unik Indonesia dengan pendekatan internasional. (M-2)